Rabu, 19 April 2017

TEORI BELAJAR YANG MELANDASI PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF



Penerapan Model Tematik Integratif Integrated
          Permediknas Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas mengatakan Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan Tematik Integratif, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Wacana perubahan pada Kurikulum 2013 semua kelas pasda Sekolah Dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan model tematik integratif tidak meninggalkan model dan metode pembelajaran yang lain. Tematik integratif merupakan model payung. Strategi pembelajaran lain yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan tertentu tetap dilaksanakan dengan pendekatan tematik integratif. Penerapan untuk Kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik integratif jaring laba – laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integreted atau terpadu beberapa mata pelajaran.
          Penerapan pendekatan tematik integratif membutuhkan persiapan dan kompetensi yang memadai. Clark (2005) menjelaskan untuk merancang dan melaksanakan kurikulum integratif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1.   Filosofi.
Perncanaan dan pelaksanaan kurikulum harus memahami filosofi dan teori yang melandasi pembelajaran integratif dan berpusat pada siswa dan filosofi dan teori mata pelajaran. Penerapan sebuah metode pembelajaran harus didasari pada teorinya. Penguasaan filosofi dan teori yang kuat, memberi keyakinan keberhasilan pelaksanaannya.
2.   Mengembangkan staf.
Staf dalam konteks ini adalah semua pemangku kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari yang terlibat secara langsung adalah LPMP (khusushya Widyaiswara), Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru. Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan teori pembelajaran Tematik Integratif, dan strategi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembannya dilakukan secara sistematis.
3.   Komunitas pembelajaran yang mendukung (supportive learning communities).
Sekolah sebagai organisasi dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar (learning organisation).
4.   Kepemimpinan yang berdedikasi.
Peran pemimpin dalam sebuah organisasi adalah menciptakan visi, membangun tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang, dan memotivasi anak buah ( Arjanti, 2012).

HAMBATAN PENERAPAN KURIKULUM TEMATIK INTEGRATIF
Penerapan kurikulum tematik integratif membutuhkan kesiapan pemangku kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi.
Venville (2009:4) mengidentifikasi hambatan dalam penerapan kurikulum Tematik Integratif  yaitu :
1.   Faktor guru yaitu pengetahuan dan kualifikasi materi palajaran/subject matter, pengetahuan isi pedagogigal, kepercayaan tentang dan pengalaman sekolah, sebagaimana praktik pembelajarn selama ini.
2.   Faktor kontekstual yaitu kebijakan administratif, panduan kurikulum, proses penilaian dan pelaporan, dan tradisi sekolah. Kesuksesan penerapan kurikulum Integratif ditentukan oleh kesiapan dalam mengeliminir hambatan tersebut.
Langkah dalam mengelimir  hambatan dari faktor guru secara umum dilakukan denganmenyusun program peningkatan kompetensi secara terstruktur. Pendidikan dan pelatihan bagi guru menjadi penting maknanya. Materi pendidikan dan pelatihan secara garis besar terbagi dalam dua kelompok yaitu penguasaan materi ajar, atau diklat berbasis kompetensi mata pelajaran, dan kecakapan ilmu teknologi pendidikan, teknologi pendidikan bicara tentang metode, model, strategi, sumber, media, dan lingkungan pembelajaran.
Eliminasi faktor kontekstual, di Sekolah Dasar, dalam rancangan Kurikulum 2013 sudah dilakukan. Secara konsep, pembelajaran didekati dengan Tematik Integratif. Persoalan yang sering mengemuka dan terjadi dalam tataran praktik adalah panduan kurikulum yang kurang tersedia. Panduan kurikulum, pertama-tama yang harus paham dan menguasai adalah Widyaiswara LPMP dan Pengawas Sekolah. Dua pihak ini yang akan mengawal pelaksanaan kurikulum. Pemahaman tentang kurikulum juga mengandung arti penguasaan teori dan strategi penilaian, pembelajaran Tematik Integratif.
Penerapan pembelajaran terpadu (Tematik Integratif) perlu ditetapkan wilayah keterpaduannya, apakah dalam satu mata pelajaran, multi mata pelajaran, antar-mata pelajaran atau trans-mata pelajaran. Persiapan, monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan keefektifan dan keefisienannya.
Dalam memaknai konsep, maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep, maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran, yaitu landasan filsafat, psikologis, sosiologis, dan komunikasi yang sering ditemukan dalam sebuah pembelajaran.
Perkembangan Konsep Pembelajaran
Tanda – tanda perkembangan dapat diamati berdasarkan pengertian – pengertian dibawah ini :
1.   Pengajaran sama artinya dengan pengajaran. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
2.   Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh-mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa.
3.   Pengajaran suatu sistem. Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur bbelaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yaitu :
a.    Profesi guru
b.   Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik
c.    Tujuan pendidikan dan pengajaran
d.   Program pendidikan dan kurikulum
e.    Perncanaan pengajaran
f.     Strategi belajar mengajar
g.    Media pengajaran
h.   Bimbingan belajar
i.     Hubungan antara sekolah dan masyarakat
j.     Manajemen pendidikan/kelas
MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013
          Berdasarkan teori-teori belajar, dapat ditentukan beberapa pendekatan pembelajaran, dan berdasarkan pendekatan tersebut dapat ditentukan beberapa model pembelajaran, diantaranya :
1.   Model Interaksi Sosial (social interaction model)
Model ini berdasarkan teori belajar Gestalt atau yang dikenal dengan Field Theory. Model iini menitikbaratkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat atau individu dengan lainnya.
2.   Model Proses  Informasi (information processing models)
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif. Model ini berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut. Model ini berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intelectual ability).
3.   Model Personal (personal models)
Model pembelajaran ini ber titik tolak dari pandangan dalam teori balajar humanistik. Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri (self). Titik beratnya pada pemebntukan pribadi individu dan mengorganisasi realitanya rumit. Sasaran utama model pembelajaran ini adalah pengembangan pribadi atau kemampuan pribadi.





===========================
Daftar Pustaka.
Ahmadi Iif Khoiru, M.Pd. dan Sofan Amri, S.Pd. 2014. Pengembangan dan Model Pembelajaran Tematik Integratif. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya.

Rabu, 05 April 2017

Topic Pembelajaran Tematik



Kurikulum KTSP dengan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dikomparasikan dengan Pembelajaran Tematik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk :
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(b) belajar untuk memahami dan menghayati;
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,  efektif, dan menyenangkan.
·         Prinsip Pengembangan Kurikulum
KTSP dikembangkan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kom- petensi Lulusan (SKL), berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memerhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kurikulum SD/MI dikembangkan dengan prinsip sebagai berikut.
1.   Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Selain itu, juga menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, serta tuntutan lingkungan.
2.   Beragam dan terpadu, Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang. Kurikulum juga dikembangkan berdasarkan jenis pendidikan tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial, ekonomi, dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu. Kurikulum tersebut disusun secara berkaitan dan berkesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3.   Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tersebut.
4.   Relevan dengan kebutuhan kehidupan, Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi di pendidikan dengan kebutuhan kehidupan. Termasuk di dalamnya adalah kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5.   Menyeluruh dan berkesinambungan, Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian, keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berke- sinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6.   Belajar sepanjang hayat, Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik  yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memerhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seluruhnya.
7.   Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, kurikulum dilaksanakan dengan prinsip sebagai berikut.
1.   Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
2.   Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
 (a)  belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b)  belajar untuk memahami dan menghayati,
(c)  belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d)  belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
(e)  belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pem- belajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3.   Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memerhatikan keter- paduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, ke- individuan, kesosialan, dan moral.
4.   Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip ing ngarsa sung tulada, ing madia mangun karsa, tut wuri handayani (di depan memberikan contoh dan teladan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di belakang memberikan daya dan kekuatan).
5.   Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar, dan berkembang di masyarakat, lingkungan sekitar, serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh, dan teladan).
6.   Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7.   Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Selain itu, pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP). Adapun Standar Kompetensi Lulusan  Satuan Pendidikan (SKL-SP) selengkapnya adalah:
1.   Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
2.   Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3.   Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
4.   Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial eko- nomi di lingkungan sekitarnya
5.   Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
6.   Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik
7.   Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
8.   Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
9.   Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar
10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia
12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal
13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
14. Berkomunikasi secara jelas dan santun
15. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok- kelompok mata pelajaran seperti berikut.
1.   Agama dan Akhlak Mulia;
2.   Kewarganegaraan dan Kepribadian;
3.   Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
4.   Estetika;
5.   Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan.

Karakteristik KBK
            Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar khusus oleh peserta didik, sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.[6]
            Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
2.      Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
3.      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.      Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif.
5.      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
1.      Sistem belajar dengan modul.
2.      Menggunakan keseluruhan sumber belajar.
3.      Pengalaman lapangan.
4.      Strategi belajar individual personal.
5.      Kemudahan belajar.
6.      Belajar tuntas.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran  terpadu (integrade instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang menolak proses latiahn/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya :
-     Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan  kebutuhan anak usia sekolah dasar
-    Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
-     Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama
-      Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa
-      Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmati
-    Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik sangat penting diterapkan di sekolah dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, di antaranya :
-      Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan
-     Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berpesan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir
-    Pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman pelajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu
-      Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata
-     Dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.

Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
-              Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered)
-              Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct  experiences)
-              Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas
-              Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran
-              Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)
-              Hasil pembelajaran sesuai dnegan minat dan kebutuhan siswa
-              Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan









==================================================================================
DAFTAR PUSTAKA:
Karsidi.2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Senin, 06 Maret 2017

Pemikiran Belajar Melalui Pembelajaran Tematik



A.    Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar kelas rendah, yaitu kelas 1, 2, dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema – tema (tematik). Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit – unit atau satuan – satuan yang utuh dan membuat pembelajaran lebih terpadu, bermakna, dan mudah dipahami oleh siswa SD/MI. Tema – tema yang bisa dikembangkan di kelas awal Sekolah Dasar mengacu kepada prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.      Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dikembangkan.
2.      Dimulai dengan lingkungan yang terdekat dengan anak (expanding community approach).
3.      Dimulai dari hal – hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju yang abstrak.
KTSP merupakan kurikulum operasional yang berbasisi kompetensi sebagai hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian yang mendalam dari kurikulum yang telah berlaku beserta pelaksanaannya. Dengan kurikulum ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan – tantangan di masa depan.kompetensi – kompetensi yang dikembangkan dalam KTSP diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan – kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini ditunjukan untuk  menciptakan lulusan yang kompeten dan cerdas dalam membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
B.     Tahap Perkembangan  Belajar Anak Sekolah Dasar
Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek – aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Dari kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Menurut Piaget (1950) setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif). Menurut Piaget, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek tersebut langsung melalui proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep – konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya.
Piaget membagi perkembangan berpikir anak ke dalam tahap – tahap sebagai berikut :
-          Usia 0 – 2 tahun (sensorimotor)
-          Usia 2 – 7 tahun (praopera-sional)
-          Usia 7 – 11 tahun (operasi konkret)
-          Usia 11 tahun lebih (operasi formal)
Pada setiap tahapan tersebut menunjukkan perilaku yang unik, dinamis dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia tersebut.
Anak pada usia Sekolah Dasar ( 7 – 11 tahun ) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu :
a.       Anak mulai memandang dunia secara objektif
b.      Anak mulai berpikir secara operasional
c.       Anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklarifikasikan benda – benda
d.      Anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan – aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan sebab-akibat
e.       Anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu : konkret, integratif, dan hierarkis.
C.     Belajar dan Pembelajaran Bermakna (Meaningful Learning)
Menurut Jackson (1991) belajar merupakan proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dan sistematis dalam menata lingkungan belajar guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik. Proses belajar itu sendiri bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar tersebut terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Proses belajar merupakan indikator berhasil tidaknya pembelajaran.
Belajar bermakna (meaningfull learning) pada dasrnya merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Agar terjadi belajar bermakna, maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep – konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dngan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Bila tidak dilakukan usaha untuk memadukan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa, maka pengetahuan baru tersebut cenderunng akan dipelajari secara hafalan.
D.    Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran  terpadu (integrade instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang menolak proses latiahn/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
E.     Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan-landasan pembelajaran tematik di Sekolah dasar  yaitu :
1.      Landasan Filosofis
Kemunculan pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu, progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme
2.      Landasan Psikologis
Berkaitan dengan psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial.
3.      Landasan Yuridis
Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9).
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuaii dengan bakat,  minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
Selain ketiga landasan diatas, dalam pelaksanaan pembelajaran tematis  perlu dipertimbangkan landasan sosial-budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). Landasan IPTEK deperlukan dalam pengembangan pembelajaran tematik sebagai upaya menyelaraskan meteri pembelajaran dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung.
F.      Pentingynya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar
Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
     Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, di antaranya :
-          Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar
-          Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
-          Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama
-          Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa
-          Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmati
-          Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik sangat penting diterapkan di sekolah dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, di antaranya :
-          Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan
-          Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berpesan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir
-          Pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman pelajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu
-          Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata
-          Dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.
G.    Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
-          Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered)
-          Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences)
-          Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran menjadi tidak begitu jelas
-          Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran
-          Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)
-          Hasil pembelajaran sesuai dnegan minat dan kebutuhan siswa
-          Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
H.    Rambu – rambu Pembelajaran Tematik
Dalam pembelajaran tematik yang harus diperhatikan guru adalah  sebagai berikut :
-          Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
-          Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
-          Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan
-          Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajiakan secara tersendiri
-          Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitunng serta penanaman nilai-nilai moral
-          Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siwa, minat, lingkungan, dan daerah tersebut.
I.       Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I, II, dan III Sekolah Dasar, yaitu pada mmata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
J.       Implementasi Pembelajaran Tematik
Dalam merancang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar bisa dilakukan dengan dua cara:
1.      Dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju hal yang abstrak. Cara ini biasanya dilakukan untuk kelas-kelas awal sekolah (kelas I dan II). Contoh tema yang bisa dikembangkan, misalnya diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, pekerjaan, tumbuhan, hewan, alamm sekitar, dan segabainya.
2.      Dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari bebrapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran pada salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. Cara ini dilakukan untuk jenjang Sekolah Dasar kelas III s.d VI.
Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu :
a.       Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
b.      Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan
c.       Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
d.      Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu
e.       Menyusun silabus pembelajaran tematik
Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang :
-          Mata pelajaran
-          Kompetensi dasar
-          Indikator yang akan dicapai
-          Kegiatan pembelajaran
-          Sarana dan sumber belajar
-          Penilaian
f.       Penyusunan rencana pembelajaran tematik
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi :
-          Tema atau judul
-          Identitas mata pelajaran (nama Mapel, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan)
-          Kompetensi dasar dan indikator pencapaian
-          Materi pokok
-          Strategi pembelajaran
-          Alat dan media
-          Penilaian dan tindak lanjut
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik sebaiknya disusun dalam bentuk format naratif. Conoth format dan pedoman penyusunan rencana pembelajaran tematik dapat dilihat dibawah ini.
FORMAT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
     Tema                           :...............
     Mata Pelajaran            :
1.      ......................
2.      ......................
3.      ......................
Kelas/Semester     :....................
Alokasi Waktu     :....................
(1)   Kompetensi Dasar
(2)   Indikator
(3)   Tujuan Pembelajaran
(4)   Materi pokok
(5)   Metode yang Digunakan
(6)   Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a.       Kegiatan Pendahuluan (± 25 menit)
b.      Kegiatan Inti (sesuai dengan Alokasi Waktu yang Ditetapkan)
c.       Kegiatan Penutup (± 25 menit)
(7)   Alat, Media, dan Sumber
(8)   Penilaian Hasil Belajar
g.      Pengelolaan Kelas
-          Pengaturan Tempat Belajar
-          Pengaturan Siswa
-          Pemilihan Bentuk Kegiatan
-          Pemilihan Media Pembelajaran
-          Penilaian
1.      Prinsip Penilaian
2.      Objek Penilaian
3.      Jenis dan Alat Penilaian
4.      Pelaporan Hasil Penilaian

 Terimakasih...

 ------------------------
Daftar Pustaka

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.